Generasi Garda Terdepan Yang Penuh Empati

Semua usaha perbaikan memerlukan "avant garde". Kesadaran ini timbul karena kerinduan & emosi kolektif yang berharap rasa bangga sebagai sebuah entitas bangsa direhabilitasi. Inferioritas akibat kelemahan & kekurangan pengemban amanah dan tugas kepemimpinan kenegaraan, menjadikan seakan2 rakyat sebagai subyek yang tidak berdaya. Pemerintah terlalu sering absen/abai dalam berjuang untuk membela kepentingan publik secara luas. Pemerintah melayani prestise&kepentingan diri&kelompok dengan mengatasnamakan  rakyat. Ditambah menggunakan fasilitas rakyat yang tercermin  dari tidak dipisahkannya secara ajeg domain milik pribadi atau milik negara dalam menjalankan roda pemerintahan. Di mana akal sehat itu? Abnormalitas dan kebijakan yg menyimpang akibat nafsu yang tidak terkontrol. Ketika ketidakpercayaan masyarakat kepada para pemimpin tergerus, usaha  negara untuk bangkit dan berdaulat di dunia memerlukan generasi baru. Hal positif yang bisa menjadi penggerak perubahan ke arah lebih baik adalah tekad kemandirian dari berbagai komunitas yang selama ini terpendam dengan potensi2 kemampuan terbaiknya bahkan bisa lebih berarti ketimbang inisiasi oleh pemerintah.
Empati menjadi kata kuncinya dengan menunjukkan keprihatinan. Tidak ada luapan sikap dan tindakan juga emosi yang berlebihan&bermegah2an. Asketisme/kezuhudan generasi baru yang tidak puas hanya sekedar sesuatu yg temporer tetapi secara terus berkelanjutan melakukan "meditasi", agar tujuan akhir berupa perdamaian abadi tercapai. Sikap tindak kezuhudan jauh dari menyelebrasi diri dan membanggakan sesuatu yg sebenarnya biasa. Sukses dari bangsa yang mandiri justru membuat kepemimpinan lebih prihatin karena sadar tugasnya lebih kompleks dan menyimpan tantangan yg lebih beresiko. Seperti potensi konflik dari perbedaan dalam keberagaman yang ada. Mentolerir perbedaan saja tidak cukup.Empati dengan bercermin memosisikan diri kita kepada saudara kita yg berbeda latar belakangnya baik SARA(Suku, Agama, Ras, Antar golongan),keberdayaan &kemapuan ekonomi akan menjadikan pemahaman, pengetahuan dan pengertian yg mendalam akan sesuatu yang boleh/tidak dengan konsekuensinya masing2. Berdamai dengan diri dan pihak lain. Kesadaran semua kita memiliki keunikan sendiri2, kekurangan/keterbatasan&kelebihan yang selayaknya saling melengkapi bukan sombong mengagungkan kelompoknya akan kebenaran yang HAK. Padahal Hak itu milik Allah dan utusanNYA. Pembaruan&pembauran dalam globalisasi yang abai kepada pendidikan akan pengalaman2 keindahan estetikal yang melatih sensibilitas kealaman dan kemanusiaan selayaknya secepat munkin diakselerasi, agar tidak lagi ada dikotomi keduanya. Yang berujung penyatuan diri dengan alam yang penuh keindahan&keteraturan. Bukan kerusakan alam yang destruktif. Yang terjadi&menjadi2, sebagai akibat empati terhadap keindahan ciptaanNYA yang mengalami degradasi yang sejatinya merupakan dasar pengembangan kesadaran beragama yang agung.

Komentar

Postingan Populer