Memvisikan keadaban bernegara lintas generasi

Nasib negara sedemikian rupa, diawali dengan membangun  secara utuh dirinya dengan segala konsekuensi yang membetuk nasibnya, kemudian membentuk peradaban yang merupakan proses akumulasi kebudayaan-kebudayaan unggul yang melingkupinya dan akan mencapai kehakikian jalan takdir dariNYA. Segala kejadian yang ada dan terjadi adalah proses pengulangan,rutinitas ibadah dalam arti luas, ritual-ritual pembersihan diri dan masyarakat, pencapaian teknologi canggih dan tepat guna, sebuah ritus usaha-usaha untuk mencegah, menangkal  dan memperbaiki kesalahan dan kekhiklafan bahkan kejahatan yang dilakukan oleh negara secara kolektif di masa lalu. Usaha pemeradaban ini harus diapresiasi oleh semua sebagai kemenangan bersama dan dirayakan. Tidak perlu kecewa dengan persepsi kita kembali ke titik awal karena kumpulan kekalahan-kekalahan merupakan akumulasi penjejakan kemenangan yang sebenarnya di masa depan. Pengulangan adalah kehakikatan kehidupan dan kemanusiaan. Kemampuan mengembangkan imajinasi secara bersama dalam negara, dalam bentuk gerakan menuju masa depan, dimulai dari gerakan bervisi yang holisitk, dilajutkan dengan berpikir kreatif, kemudian bersikap konsisten dan persisten dan diakhiri bertindak adil dan proprosional. Kemudian berputar ke awal lagi. Imajinasi dan daya fantasional akan membentuk keadaban dan pandangan dunia, ide-ide pencerahan dan tawaran-tawaran aplikatif kepada identitas kenegaraan yang menjadi dasar dari bangunan idiologis dan praksis. Fenomena pahlawan kesiangan, pidato dan komunikasi yang klise dan menjemukan, demo-demo yang penuh aksi pengerusakan, oportunis dan hedonis, mau menang sendiri dan nafsu sukses yang karbitan/instan, koruptif manipulaitf  dengan warisan  mental yang pasif, negatif dan destruktif dari virus pendahulu, dengan kesadaran bersama untuk bangkit,selayaknya segera dihenkitakan dan mengganti penyakit sosiokultural ini denga keadaban baru.
Menyatakan seluruh komponen bangsa dan bukan saja pemerintah, tidak kapabel dan tak berdaya karena miskin visi dan keberanian untuk menginisiasi perubahan mentalitas ini adalah sahih. Kita semua berkutat sibuk di persoalan-persoalan pragmatis kenegaraan yang merasa tidak pernah cukup. Membela kekuasaan dan wewenang kita masing-masing lebih dari membela TUHAN dan sekedar ikhtiar untuk membela tuhan-tuhan(keduniaan) kita yang semu dan menyesatkan. Tidak ada ikhtiar bersama guna pencapaian iman yang benar kepadaNYA dalam kesalehan yang tidak ambigu/bertolak belakang.
Tidak peduli dan apatis dengan tingkah polah kita dan lintas generasi  ini merupakan sikap tindak yang tidak tepat. Saatnya generasi baru dan meperbaharui, lintas generasi, tumbuh dan berkembang dengan kecerdasan yang utuh, proaktif dan kreatif, dengan daya imajinasi  dan fantasinya yang agung dan mengAgungkanNYA, dengan begitu seluruh komponen negara akan menemukan garis dan alur pencerahannya sendiri maupun kolektif. Bukan saja dari kepustakaan dan referensi, rekomendasi ahli/konsultan ataupun resep-resep penuh dusta tetapi dianggap ajaib oleh lembaga-lembaga tertentu atau pemerintahan tertentu. Generasi yang bersama menggali idenya sendiri. Dari alam semesta seisinya(termasuk manusia dan kemanusiaannya) yang menjadi guru dalam kesadaran pengaturan yang berpola oleh Sang Maha Pengatur. Dengan kepercayaan diri yang saling menguatkan dan dukungan semesta, insyaALLAH kita bisa. Semua dari generasi manapun berhak untuk sukses dan mensukseskan pembangunan negara dengan pendekatan holistik. Semua harus menerima keadaban dan legawa terhadap parameter keunggulan yang diamini bersama. Saling memaafkan dan menyemangati intinya.

Tiada kata terucap seindah maaf, dan mulailah semua keadaban ini dengan permaafan atas kekhilafan kemanusiaan....

Komentar

Postingan Populer